Pages

Jumat, 27 Februari 2015

Sejarah Kujang Pajajaran

http://www.kujangpusaka.com/

Orang-orang Jawa Barat yang sebagian besar beretnis Sunda mempunyai simbol daerah berbentuk gambar yang di tengahnya menghadirkan senjata tradisional yang dimaksud kujang. Kujang yaitu senjata tradisional berbentuk senjata tajam yang memiliki bentuk mirip keris, parang, dengan bentuk unik berbentuk benjolan di bagian pangkalnya, bergerigi pada salah satu segi dibagian tengahnya serta bentuk lengkungan di bagian ujungnya. Untuk orang-orang Sunda, kujang lebih umum dibanding dengan keris.

Untuk rakyat Jawa Barat Kujang dipercaya adalah pusaka andalan serta kebanggaan Raja Pajajaran Prabu Siliwangi. Senjata Kujang yang di punyai kerajaan Pajajaran itu dinamakan Bayu Geni Ati serta Wira Geni, keduanya yaitu sepasang yang tidak bisa dipisahkan.

Bukti kehadiran kujang didapat dari naskah kuno salah satunya Serat Manik Maya dengan arti kudi, Sanghyang Siksakandang Karesian dengan arti kujang, serta dari berita pantun Pajajaran Tengah (Pantun Bogor).

ironisnya, eksistensi kujang baik juga sebagai perkakas ataupun juga sebagai pusaka mulai pupus. Kujang saat ini cuma ada di museum-museum dengan jumlah yang relatif sedikit serta dipunyai oleh beberapa sesepuh atau budayawan yang masih tetap menyukai kujang juga sebagai pusaka leluhurnya.

Pada orang-orang etnis Sunda ada grup yang masih tetap akrab dengan kujang dalam pranata kehidupan keseharian, yakni orang-orang Sunda “Pancer Pangawinan” yang menyebar di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor, di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, serta orang-orang Sunda Wiwitan Urang Kanekes (Baduy) di Kabupaten Lebak.

Kujang (Kujang Pamangkas) dalam lingkungan budaya mereka masih tetap dipakai untuk upacara nyacar (menebang pohon untuk tempat huma) satu tahun sekali. Juga sebagai patokan proses nyacar tersirat dalam ungkapan unggah kidang turun kujang yang berarti bila bintang kidang (orion) nampak di ufuk timur saat subuh, tandanya saat nyacar sudah tiba serta kujang dipakai juga sebagai pembuka aktivitas perladangan.
Bukti kehadiran kujang didapat dari naskah kuno salah satunya Serat Manik Maya dengan arti kudi, Sanghyang Siksakandang Karesian dengan arti kujang, serta dari berita pantun Pajajaran Tengah (Pantun Bogor).